Sabtu, 14 April 2012

Terapi Realitas


Terapi Realitas
oleh :
Arif Riduan


BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini terutama di dunia barat, teori Bimbingan dan Konseling (BK) terus berkembang dengan pesat. Perkembangan itu berawal dari berkembangnya berbagai aliran konseling. Akhir-akhir ini tengah berkembang konseling spiritual sebagai kekuatan kelima selain keempat kekuatan terdahulu Salah satu berkembangnya konseling spiritual ini adalah berkembangnya konseling religius.
 Telah muncul suatu era baru tentang pemahaman yang memprihatinkan tentang bagaimana untuk membuka misteri tentang penyembuhan melalui kepercayaan , keimanan, dan imajinasi selain melalui penjelasan rasional tentang sebab-sebab fisik dan akibatnya sendiri. Sekitar 40 persen orang yang mengalami kegelisahan jiwa lebih suka pergi meminta bantuan kepada agamawan. Klien yang agamis memandang negatif terhadap konselor yang bersikap sekuler, seringkali mereka menolak dan bahkan menghentikan terapi secara dini.
Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya.  Nilai-nilai agama penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar proses konseling terlaksana secara efektif.
Berkembangnya kecenderungan sebagian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kejiwaan mereka untuk meminta bantuan kepada para agamawan itu telah terjadi di dunia barat yang sekuler, namun hal juga terjadi di negara kita Indonesia yang masyarakatnya agamis. Hal ini antara lain dapat kita amati di masyarakat, banyak sekali orang-orang yang datang ketempat para kiai bukan untuk menanyakan masalah hukum agama, tetapi justru mengadukan permasalahan kehidupan pribadinya untuk meminta bantuan jalan keluar baik berupa nasehat, saran, meminta doa-doa dan didoakan untuk kesembuhan penyakit maupun keselamatan dan ketenangan jiwa. Walaupun data ini belum ada dukungan oleh penelitian yang akurat tentang berapa persen jumlah masyarakat yang melakukan hal ini, namun ini merupakan realitas yang terjadi di masyarakat kita sekarang ini.


A. Latar Belakang
Terapi realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis,relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien.hal ini berdasarkan pada konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu masa depannya yang penuh optimis. Terapi realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Terapi realitas lebih menekankan masa kini,maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya.sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya
B. Perumusan Masalah
Bahwa manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal yang hadir dalam kehidupannya .oleh karna adanya kebutuhan psikologis yang tunggal tersebut menyebabkan individu atau seseorang tadi menjadi seseorang yang merasa mempunyai keunikan berbeda dengan yang lain
Setiap mempunyai individu kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan pola-pola yang sudah tertentu.kemampuan tumbuh dan berkembang tersebut dapat menjadi aktual,atas sebagian besar menurut usahanya yang dinyatakan melalui tingkah lakunya yang nyata.karna setiap individu mempunyai optimisme dia dapat menerima dirinya dan mencintai dirinya dalam arti yang luas menjadi pribadi yang sukses.
C. Tujuan Pembahasan
Terapi realitas dapat menolong inidividu untuk menolong dirinya sendiri,artinya supaya individu dapat melaksanakan tingkah laku dalam bentuk yang nyata,juga dapat membuat keputusan yang tepat udari pola-pola tingkah laku yang dibuatnya untuk mencapai masa depannya yang lebih baik.jadi menanamkan dan memandirikan klien.
Mendorong klien untuk bertanggung jawab serta memikul resiko yang ada dari tanggung jawab tersebut.tanggung jawab yang dimintakan kepada klien harus sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya .


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada klien, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental klien secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada klien yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana klien dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
Adalah Dr. William Glesser seorang dokter jiwa yang terbaik, dikenal sebagai pengarang Therapy reality, suatu metode psikoterapi yang ia menciptakan di tahun 1965 dan itu kini diajar seluruh penjuru dunia. Sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah:
  1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.
  2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
  3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
Terapi realitas tampaknya memiliki pengaruh yang besar terhadap konseling karena menekankan tanggung jawab individu dan berusaha membedakan apa yang benar dan salah. Para psikoterapis umumnya hanya menyerukan dengan lantang kepada konseli untuk menghadapi kenyataan, melakukan yang terbaik dan bertanggungjawab, namun mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar klien. Karena itu seorang konselor, juga berusaha memenuhi kebutuhan dasar konseli: kasih dan rasa berharga .
Apabila kebutuhan-kebutuhan klien sebagaimana dikemukakan di atas merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam terapi realitas maka hal itu sedikit banyak dapat tercapai bila dilakukan oleh para konselor. Oleh karena hanya melalui relasi yang intim, seorang konselor dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kasih tanpa syarat kepada konseli bukan kasih yang bersifat temporer dan situasional; bukan hanya kasih karena keprihatinan kita kepada klien sebagai sesama kita melainkan harus dilandasi kasih yang rela menerima apa adanya tanpa tendensi balas budi atau pamrih.
Masyarakat merupakan sebuah kelompok terapis, tidak hanya terbatas pada pertemuan-pertemuan antara sesama klien atau antara klien dengan konselor yang terlatih, tetapi mencakup para keluarga, kelompok studi, sahabat yang dapat dipercaya, rekan profesional, kelompok karyawan mapun sejmlah orang yang seringkali menyediakan bantuan yang diperlukan baik pada masa-masa krisis, maupun pada saat individu menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Orang-orang percaya dapat memberikan dukungan (support) kepada anggota-anggotanya, menyembuhkan mereka yang sedang menghadapi masalah, serta membimbing orang ke arah pengambilan keputusan untuk melangkah maju ke arah kedewasaan .

B. Ciri-Ciri Terapi Realitas
  1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
  2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
  3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
  4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh klien.
  5. Menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh klien. Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan klien adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
  6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
  7. Menekankan konsep tanggung jawab agar klien dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
C. Tujuan Terapi
  1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
  2. Mendorong klien agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
  3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
  5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
D. Proses Terapi realitas
Konselor berperan sebagai:
1.  Motivator, yang mendorong konseli untuk:
a.       Menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya
b.      Merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkanirinyad sendiri.
  1. Menjembatani penyelesaian, sehingga:
a.       Keputusan terakhir berada di tangan klien
b.      Klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
  1. Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila klien bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.
  2. Guru; yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya.
  3. Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan klien yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.
E. Teknik-Teknik dalam Konseling
  1. Menggunakan role playing dengan klien
  2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
  3. Tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
  4. Menolong klien untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
  5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
  6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
  7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan klien dengan perilakunya yang tak pantas.
  8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terapi Realitas, suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental klien secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada klien yang bersangkutan.
Manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang .Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
Terapi Realitas menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, berfokus pada perilaku nyata, berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan, Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan, menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh klien, menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu dan menekankan konsep tanggung jawab agar klien dapat berguna.
Konselor berperan sebagai, motivator, menerima dan memperoleh keadaan nyatamerangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri Menjembatani penyelesaian, moralist, guru, dan pengikat janji.
Teknik-Teknik dalam Konseling, menggunakan role playing dengan klien, menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks, tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien, menolong klien untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya, membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik, membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya, enggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan klien dengan perilakunya yang tak pantas dan ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar