Terapi Realitas
oleh :
Arif Riduan
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini terutama di dunia barat, teori Bimbingan
dan Konseling (BK) terus berkembang dengan pesat. Perkembangan itu berawal dari
berkembangnya berbagai aliran konseling. Akhir-akhir ini tengah berkembang
konseling spiritual sebagai kekuatan kelima selain keempat kekuatan terdahulu
Salah satu berkembangnya konseling spiritual ini adalah berkembangnya konseling
religius.
Telah muncul
suatu era baru tentang pemahaman yang memprihatinkan tentang bagaimana untuk
membuka misteri tentang penyembuhan melalui kepercayaan , keimanan, dan
imajinasi selain melalui penjelasan rasional tentang sebab-sebab fisik dan
akibatnya sendiri. Sekitar 40 persen orang yang mengalami kegelisahan jiwa
lebih suka pergi meminta bantuan kepada agamawan. Klien yang agamis memandang
negatif terhadap konselor yang bersikap sekuler, seringkali mereka menolak dan
bahkan menghentikan terapi secara dini.
Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal
yang perlu dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab
terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin dengan
pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya. Nilai-nilai agama penting untuk
dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar proses konseling
terlaksana secara efektif.
Berkembangnya kecenderungan sebagian masyarakat dalam
mengatasi permasalahan kejiwaan mereka untuk meminta bantuan kepada para
agamawan itu telah terjadi di dunia barat yang sekuler, namun hal juga terjadi
di negara kita Indonesia yang masyarakatnya agamis. Hal ini antara lain dapat
kita amati di masyarakat, banyak sekali orang-orang yang datang ketempat para
kiai bukan untuk menanyakan masalah hukum agama, tetapi justru mengadukan
permasalahan kehidupan pribadinya untuk meminta bantuan jalan keluar baik
berupa nasehat, saran, meminta doa-doa dan didoakan untuk kesembuhan penyakit
maupun keselamatan dan ketenangan jiwa. Walaupun data ini belum ada dukungan
oleh penelitian yang akurat tentang berapa persen jumlah masyarakat yang
melakukan hal ini, namun ini merupakan realitas yang terjadi di masyarakat kita
sekarang ini.
A. Latar
Belakang
Terapi realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang
praktis,relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien.hal ini
berdasarkan pada konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia
mampu masa depannya yang penuh optimis. Terapi realitas berprinsip bahwa
seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun.
Terapi realitas lebih menekankan masa kini,maka dalam memberikan alternatif
bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya.sehingga yang
dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya
B. Perumusan Masalah
Bahwa manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal yang hadir dalam
kehidupannya .oleh karna adanya kebutuhan psikologis yang tunggal tersebut
menyebabkan individu atau seseorang tadi menjadi seseorang yang merasa
mempunyai keunikan berbeda dengan yang lain
Setiap mempunyai individu kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang
sesuai dengan pola-pola yang sudah tertentu.kemampuan tumbuh dan berkembang
tersebut dapat menjadi aktual,atas sebagian besar menurut usahanya yang
dinyatakan melalui tingkah lakunya yang nyata.karna setiap individu mempunyai
optimisme dia dapat menerima dirinya dan mencintai dirinya dalam arti yang luas
menjadi pribadi yang sukses.
C. Tujuan Pembahasan
Terapi realitas dapat menolong inidividu untuk menolong dirinya
sendiri,artinya supaya individu dapat melaksanakan tingkah laku dalam bentuk
yang nyata,juga dapat membuat keputusan yang tepat udari pola-pola tingkah laku
yang dibuatnya untuk mencapai masa depannya yang lebih baik.jadi menanamkan dan
memandirikan klien.
Mendorong klien untuk bertanggung jawab serta memikul resiko yang ada dari
tanggung jawab tersebut.tanggung jawab yang dimintakan kepada klien harus
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis,
relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada klien, yang dapat
dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan
membina kepribadian/kesehatan mental klien secara sukses, dengan cara memberi
tanggung jawab kepada klien yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima
bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu
menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan
tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling
dipentingkan adalah bagaimana klien dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang
akan datang.
Adalah Dr. William Glesser seorang dokter jiwa
yang terbaik, dikenal sebagai pengarang Therapy reality, suatu metode
psikoterapi yang ia menciptakan di tahun 1965 dan itu kini diajar seluruh
penjuru dunia. Sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini.
Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah:
- Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh
kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam
kepribadiannnya.
- Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang
sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat
menjadi seorang individu yang sukses.
- Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas
berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya
sendiri
Terapi realitas
tampaknya memiliki pengaruh yang besar terhadap konseling karena menekankan
tanggung jawab individu dan berusaha membedakan apa yang benar dan salah. Para
psikoterapis umumnya hanya menyerukan dengan lantang kepada konseli untuk
menghadapi kenyataan, melakukan yang terbaik dan bertanggungjawab, namun mereka
gagal memenuhi kebutuhan dasar klien. Karena itu seorang konselor, juga
berusaha memenuhi kebutuhan dasar konseli: kasih dan rasa berharga .
Apabila
kebutuhan-kebutuhan klien sebagaimana dikemukakan di atas merupakan tujuan yang
hendak dicapai dalam terapi realitas maka hal itu sedikit banyak dapat tercapai
bila dilakukan oleh para konselor. Oleh karena hanya melalui relasi yang intim,
seorang konselor dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kasih tanpa syarat
kepada konseli bukan kasih yang bersifat temporer dan situasional; bukan hanya
kasih karena keprihatinan kita kepada klien sebagai sesama kita melainkan harus
dilandasi kasih yang rela menerima apa adanya tanpa tendensi balas budi atau
pamrih.
Masyarakat merupakan
sebuah kelompok terapis, tidak hanya terbatas pada pertemuan-pertemuan antara
sesama klien atau antara klien dengan konselor yang terlatih, tetapi mencakup
para keluarga, kelompok studi, sahabat yang dapat dipercaya, rekan profesional,
kelompok karyawan mapun sejmlah orang yang seringkali menyediakan bantuan yang
diperlukan baik pada masa-masa krisis, maupun pada saat individu menghadapi
tantangan hidup sehari-hari. Orang-orang percaya dapat memberikan dukungan
(support) kepada anggota-anggotanya, menyembuhkan mereka yang sedang menghadapi
masalah, serta membimbing orang ke arah pengambilan keputusan untuk melangkah
maju ke arah kedewasaan .
B. Ciri-Ciri Terapi
Realitas
- Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang
ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental
yang sehat.
- Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang
penuh optimisme.
- Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku
yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan.
Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai
pengalaman yang berharga.
- Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan.
Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif
yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang
dihadapi oleh klien.
- Menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam
perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh klien.
Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan klien adalah
sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
- Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang
mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah
menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam
perilaku nyata.
- Menekankan konsep tanggung jawab agar klien dapat berguna bagi dirinya
dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
C. Tujuan Terapi
- Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat
menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
- Mendorong klien agar berani bertanggung jawab serta memikul segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan
dan pertumbuhannya.
- Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
- Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan
individu untuk mengubahnya sendiri.
- Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran
sendiri.
D. Proses Terapi
realitas
Konselor berperan
sebagai:
1. Motivator, yang mendorong konseli untuk:
a. Menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan
yang ingin dicapainya
b. Merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien
tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat
menyulitkanirinyad sendiri.
- Menjembatani penyelesaian, sehingga:
a. Keputusan terakhir berada di tangan klien
b. Klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai
perilakunya sendiri.
- Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari
tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian
apabila klien bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi
celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.
- Guru; yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman
dalam mencapai harapannya.
- Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya
batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan
klien yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.
E. Teknik-Teknik dalam
Konseling
- Menggunakan role playing dengan klien
- Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
- Tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena terlebih dahulu
diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan
keberadaan klien.
- Menolong klien untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan
dilakukannya.
- Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat
mendidik.
- Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
- Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk
mengkonfrontasikan klien dengan perilakunya yang tak pantas.
- Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi Realitas, suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor dalam rangka
mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental klien secara sukses,
dengan cara memberi tanggung jawab kepada klien yang bersangkutan.
Manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, Setiap orang memiliki kemampuan
potensial untuk tumbuh dan berkembang .Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas
berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
Terapi Realitas menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, berfokus pada perilaku nyata, berorientasi pada
keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin
diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan, Tidak menegaskan transfer dalam
rangka usaha mencari kesuksesan, menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam perilaku
tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh klien, menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada
individu dan menekankan konsep tanggung jawab agar klien dapat berguna.
Konselor berperan sebagai, motivator, menerima dan memperoleh
keadaan nyata,
merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri Menjembatani
penyelesaian, moralist, guru, dan pengikat janji.
Teknik-Teknik dalam Konseling, menggunakan role playing dengan klien, menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan
relaks, tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena
terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang
sesuai dengan keberadaan klien, menolong klien untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya, membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang
lebih bersifat mendidik, membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan
situasi terapinya, enggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk
mengkonfrontasikan klien dengan perilakunya yang tak pantas dan ikut terlibat
mencari hidup yang lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar